FAS – Artikel ini akan membahas sebuah POV, “Santri kok malas? Jangan ya dek ya.” kenapa harus demikian? Simak informasi selengkapnya.
Fenomena kemalasan di kalangan santri merupakan isu yang kompleks dan sebab adanya berbagai faktor. Salah satu penyebab utamanya adalah lingkungan pesantren itu sendiri.
Pesantren yang memiliki jadwal yang ketat dan kurang memberikan waktu istirahat yang memadai dapat menyebabkan santri merasa kelelahan. Kelelahan ini sering kali berujung pada penurunan motivasi belajar dan munculnya perilaku malas.
Selain itu, metode pengajaran yang kurang variatif juga dapat mempengaruhi semangat belajar santri. Pengajaran yang monoton dan kurang interaktif bisa membuat santri merasa bosan.
Mereka membutuhkan variasi dalam metode pembelajaran yang dapat merangsang kreativitas dan minat mereka. Penerapan teknologi dalam pembelajaran dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini.
Beban akademik yang tinggi juga menjadi salah satu faktor penyebab kemalasan. Kurikulum yang padat dan tugas yang bertumpuk tanpa diimbangi dengan waktu yang cukup untuk relaksasi dapat membuat santri merasa tertekan.
Tekanan ini, jika tidak dikelola dengan baik, akan menurunkan efektivitas belajar dan memicu kemalasan.
Dari segi psikologis dan sosial, faktor-faktor seperti masalah keluarga, pergaulan, dan kondisi mental santri juga memainkan peran penting.
Santri yang mengalami masalah di rumah atau memiliki hubungan sosial yang kurang baik di pesantren mungkin akan mengalami stres yang berdampak negatif pada motivasi belajar mereka. Dukungan psikologis dan konseling menjadi penting untuk membantu santri mengatasi masalah ini.
Untuk mengatasi fenomena kemalasan di kalangan santri, beberapa solusi dapat diterapkan. Pertama, pesantren perlu meninjau ulang jadwal dan memberikan waktu istirahat yang cukup.
Kedua, metode pengajaran harus lebih variatif dan interaktif, termasuk penggunaan teknologi. Ketiga, perlu ada kajian ulang tentang beban akademik agar lebih seimbang dengan waktu istirahat. Terakhir, harus ada peningkatan dukungan psikologis dan sosial melalui program konseling dan kegiatan yang dapat memperkuat hubungan antar santri.
Peran Pesantren dalam Membangun Karakter Bangsa
Pesantren memiliki peranan penting dalam membangun karakter bangsa Indonesia. Meskipun terkenal sebagai lembaga pendidikan agama.
Pesantren juga berperan signifikan dalam pembentukan karakter dan moral peserta didiknya. Di pesantren, santri tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga nilai-nilai universal yang esensial bagi kehidupan bermasyarakat.
Salah satu penanaman nilai utama di pesantren adalah kejujuran. Para santri belajar untuk menjadi individu yang jujur dalam segala aspek kehidupan. Kejujuran menjadi fondasi yang kuat dalam membentuk pribadi yang dapat dipercaya dan dihormati di masyarakat.
Selain itu, disiplin merupakan nilai penting lainnya yang diajarkan. Kehidupan di pesantren yang terstruktur dan penuh dengan aktivitas keagamaan serta akademis mengajarkan santri untuk mematuhi aturan dan menjalankan tanggung jawabnya dengan baik.
Selain kejujuran dan disiplin, tanggung jawab juga menjadi fokus utama pendidikan di pesantren.
Para santri belajar untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka dan selalu berusaha untuk memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitarnya. Nilai-nilai ini membantu membentuk karakter kuat yang siap menghadapi berbagai tantangan di era modern.
Sejumlah tokoh nasional Indonesia adalah alumni pesantren yang telah memberikan kontribusi besar bagi negara. Contohnya, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia, adalah juga seorang santri.
Selain itu, KH. Hasyim Muzadi, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), juga merupakan salah satu tokoh penting yang berasal dari pesantren.
Kontribusi mereka menunjukkan bagaimana pendidikan pesantren dapat melahirkan pemimpin-pemimpin berkarakter kuat yang berdedikasi untuk kemajuan bangsa.
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab dalam kurikulum dan kehidupan sehari-hari, pesantren berhasil mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki moral dan karakter yang luhur.
Peran pesantren dalam membangun karakter bangsa menjadi semakin relevan di tengah tantangan globalisasi dan modernisasi.***
Ilustrasi mengambil di PxHere