FAS – Artikel ini membahas tentang problematika kualitas Pendidikan di Indonesia. Dikupas dalam ruang lingkup refleksi dan tantangan.

Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam membangun bangsa. Kualitas pendidikan suatu negara menentukan kemajuan dan peradabannya.

Namun, ironisnya, Indonesia masih dihadapkan pada berbagai problematika terkait kualitas pendidikannya.

Jurnal Nurul Fitri, (2021)  Pendidikan Tambusai berjudul “Problematika Kualitas Pendidikan di Indonesia” mengkaji berbagai problematika yang menghambat kemajuan pendidikan di Indonesia.

Berikut dibawah ini merupakan beberapa poin penting dari artikel ini, berkaitan dengan Problematika Kualitas Pendidikan:

1. Kurikulum yang Terlalu Berorientasi pada Ujian

Sistem pendidikan Indonesia saat ini masih terjebak dalam paradigma “pencapaian nilai” dan “hasil ujian”.

Hal ini terlihat dari fokus utama pada tes dan Ujian Nasional (UN) sebagai penentu kelulusan dan keberhasilan siswa. Dampaknya:

  • Kurangnya Pengembangan Karakter: Siswa hanya terdorong untuk menghafal dan mengejar nilai, bukan mengembangkan karakter dan nilai-nilai moral.
  • Kreativitas Terhambat: Kurikulum yang kaku dan berfokus pada hafalan mematikan potensi kreatif siswa.
  • Kemampuan Berpikir Kritis Lemah: Siswa tidak terlatih untuk berpikir kritis, menganalisis masalah, dan mencari solusi kreatif.
  • Proses Belajar Mengajar Menjadi Tekanan: Pendidik dan siswa terbebani oleh target nilai dan hasil ujian, sehingga proses belajar mengajar menjadi mekanis dan tidak menyenangkan.

Solusi:

  • Reformasi kurikulum dengan fokus pada pengembangan karakter, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis.
  • Penerapan metode pembelajaran yang lebih aktif dan inovatif, seperti project-based learning dan problem-based learning.
  • Pengurangan fokus pada tes dan UN, dan digantikan dengan penilaian yang lebih komprehensif dan holistik.

2. Kesenjangan Kualitas Pendidikan

Kesenjangan yang signifikan terlihat antara kualitas pendidikan di daerah maju dan terpencil. Faktor penyebabnya:

  • Infrastruktur yang Tidak Memadai: Sekolah di daerah terpencil seringkali kekurangan infrastruktur dasar seperti ruang kelas yang layak, laboratorium, dan perpustakaan.
  • Kekurangan Pendidik Berkualitas: Distribusi pendidik yang tidak merata, dengan banyak daerah terpencil yang kekurangan pendidik berkualitas.
  • Akses Pendidikan yang terbatas di daerah terpencil, terutama bagi anak perempuan dan kelompok marginal.

Dampak:

  • Ketidakadilan Pendidikan: Anak-anak di daerah terpencil tidak memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
  • Kesenjangan Prestasi: Prestasi siswa di daerah terpencil jauh tertinggal dibandingkan dengan siswa di daerah maju.
  • Peluang Masa Depan yang Terbatas: Kurangnya akses pendidikan berkualitas menghambat peluang masa depan anak-anak di daerah terpencil.

Solusi:

  • Pemerataan infrastruktur pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.
  • Penempatan pendidik berkualitas di daerah terpencil dengan insentif yang menarik.
  • Peningkatan akses pendidikan melalui program-program seperti beasiswa dan sekolah gratis.

3. Kualitas Pendidik yang Belum Optimal

Kualitas pendidik masih menjadi salah satu faktor utama yang menentukan kualitas pendidikan. Faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidik belum optimal:

  • Distribusi Pendidik yang Tidak Merata: Kekurangan pendidik berkualitas di daerah terpencil dan kelebihan pendidik di daerah urban.
  • Kurangnya Pelatihan dan Pengembangan Profesional: Pendidik tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk mengikuti pelatihan dan pengembangan profesional untuk meningkatkan kemampuan mereka.
  • Rendahnya Gaji: Gaji pendidik yang rendah tidak sebanding dengan tanggung jawab dan peran penting mereka dalam pendidikan.

Dampak:

  • Proses Belajar Mengajar yang Tidak Optimal: Pendidik yang tidak memiliki kualifikasi dan kemampuan yang memadai tidak dapat memberikan pendidikan yang berkualitas kepada siswa.
  • Motivasi Pendidik yang Rendah: Rendahnya gaji dan kurangnya penghargaan dapat menurunkan motivasi pendidik dalam mengajar.

Solusi:

  • Peningkatan gaji dan tunjangan pendidik.
  • Penyediaan program pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan bagi pendidik.
  • Penempatan pendidik yang merata di seluruh wilayah Indonesia.

4. Sarana dan Prasarana yang Tidak Memadai:

Banyak sekolah di Indonesia yang masih kekurangan infrastruktur dasar seperti:

  • Ruang Kelas yang Layak: Banyak sekolah yang memiliki ruang kelas yang tidak layak, seperti atap bocor, lantai yang rusak, dan ventilasi yang buruk.
  • Buku Pelajaran: Kekurangan buku pelajaran dan bahan bacaan lainnya di sekolah.
  • Fasilitas Penunjang: Kekurangan fasilitas penunjang seperti laboratorium, perpustakaan, dan teknologi informasi.

Dampak:

  • Proses Belajar Mengajar yang Tidak Efektif: Kurangnya sarana dan prasarana dapat menghambat proses belajar mengajar dan membuat siswa tidak nyaman belajar di sekolah.
  • Kurangnya Motivasi Belajar: Siswa tidak memiliki akses terhadap sumber belajar yang memadai dan tidak termotivasi untuk belajar.
  • Keterampilan yang Tidak Relevan: Kurangnya fasilitas penunjang seperti laboratorium dan teknologi informasi membuat siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.

Solusi:

  • Peningkatan anggaran pendidikan untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur sekolah.
  • Penyediaan buku pelajaran dan bahan bacaan yang berkualitas bagi siswa.
  • Peningkatan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi di sekolah.

5. Rendahnya Minat Baca

Budaya membaca di Indonesia masih tergolong rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca:

  • Kurangnya Akses terhadap Buku: Banyak masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap buku-buku berkualitas, terutama di daerah terpencil.
  • Kurangnya Budaya Membaca di Keluarga: Kebiasaan membaca tidak ditanamkan sejak dini di keluarga.
  • Fasilitas Perpustakaan yang Kurang Memadai: Banyak perpustakaan yang kekurangan koleksi buku dan fasilitas yang nyaman untuk membaca.

Dampak:

  • Kurangnya Pengetahuan dan Wawasan: Minat baca yang rendah menyebabkan masyarakat tidak memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas.
  • Kesulitan Belajar: Kurangnya pengetahuan dan wawasan dapat menghambat proses belajar siswa.
  • Kemunduran Peradaban: Rendahnya minat baca dapat menghambat kemajuan bangsa dan peradaban.

Solusi:

  • Peningkatan akses terhadap buku-buku berkualitas di seluruh wilayah Indonesia.
  • Penumbuhan budaya membaca di keluarga dan sekolah.
  • Peningkatan kualitas dan fasilitas perpustakaan.

Dampak Problematika Kualitas Pendidikan:

Problematika kualitas pendidikan di Indonesia berdampak pada berbagai aspek, seperti:

  • Rendahnya daya saing bangsa di kancah internasional: Lulusan pendidikan Indonesia belum memiliki skillset yang dibutuhkan oleh dunia kerja global. Hal ini menyebabkan banyak lulusan yang kesulitan mendapatkan pekerjaan dan bersaing dengan lulusan dari negara lain.
  • Tingginya angka pengangguran: Kurangnya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh lulusan pendidikan menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka pengangguran di Indonesia.
  • Maraknya kriminalitas: Rendahnya kualitas pendidikan dapat menyebabkan frustrasi dan putus asa pada generasi muda, sehingga mendorong mereka untuk melakukan tindakan kriminal.
  • Tumbuhnya sikap intoleransi dan radikalisme: Kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai kebangsaan dan agama dapat memicu tumbuhnya sikap intoleransi dan radikalisme di kalangan generasi muda.

Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, diperlukan upaya-upaya berikut:

1. Reformasi Kurikulum

Kurikulum perlu direformasi agar lebih berfokus pada pengembangan karakter, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Kurikulum juga perlu dibuat lebih kontekstual dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

2. Pemerataan Kualitas Pendidikan

Pemerintah perlu melakukan upaya untuk pemerataan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.

Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan infrastruktur belajar di daerah terpencil, menyediakan pendidik berkualitas, dan memberikan akses pendidikan yang lebih luas bagi masyarakat.

3. Peningkatan Kualitas Pendidik

Pemerintah perlu meningkatkan kualitas pendidik melalui pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan.

Pendidik juga perlu diberikan gaji yang layak dan penghargaan yang pantas atas dedikasi mereka dalam mengajar.

4. Penyediaan Sarana dan Prasarana

Pemerintah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai di seluruh sekolah di Indonesia. Hal ini termasuk ruang kelas yang layak, buku pelajaran, dan fasilitas penunjang lainnya.

5. Penumbuhan Budaya Membaca

Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menumbuhkan budaya membaca di kalangan masyarakat.

Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan taman bacaan, mengadakan kegiatan literasi, dan meningkatkan akses terhadap buku-buku berkualitas.

Kesimpulan

Problematika kualitas pendidikan di Indonesia merupakan sebuah tantangan yang kompleks dan membutuhkan solusi yang komprehensif.

Upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan harus dilakukan secara berkelanjutan dan melibatkan semua pihak, mulai dari pemerintah, sekolah, pendidik, orang tua, dan masyarakat.***

Sumber:

Nurul Fitri, S. F. . (2021). Problematika Kualitas Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 1617–1620. Retrieved from https://www.jptam.org/index.php/jptam/article/view/1148

Ilustrasi mengambil di pxhere